Laman

Life Must Go On !

Life Must Go On !
Tulis apa yang ingin kau kerjakan, kerjakan apa yang telah kau tulis !

July 15, 2014

Jumatulis #14 - Ibu Peri

Pada suatu hari Anna sedang berjalan di tepi sungai yang di mana di sekelilingnya sesak dengan tingginya gedung-gedung perkotaan. Anna adalah gadis kecil yang sangat menyukai dongeng. Di sana ia bertemu dengan seorang perempuan cantik, sangat cantik. Perempuan yang pernah mengikuti  gerakanfeminisme itu kemudian memberi Anna sebuah pelukan. “Anda siapa?” tanya Anna. Perempuan itu tersenyum.

“Kamu Anna kan?”
“I-Iya. Anda siapa?”
“Aku Ibu Peri yang akan meyelamatkanmu dari kejamnya metropolitan ini.”
“I-Ibu Peri?! Tidak mungkin!”
“Lihatlah Anna!” Lalu perempuan itu mengeluarkan tongkat ajaibnya yang berbentuk bintang. 
 Mengarahkan pada pohon kering yang hampir mati. Diucapkannya Ladalaladala Shiawase to kanashimi no iro! Lalu pohon itu kembali hijau  dan tumbuh dengan kokoh. Anna takjub. Karena ia memang sangat menyukai bahkan mencintai dongeng akhirnya ia percaya pada perempuan itu.

“Aku percaya. Aku percaya Ibu Peri.” Wajah Anna kini terlihat berseri-seri.
“Ikutlah denganku, Anna!”
“Kemana?”
“Bukankah kamu suka dongeng? Bukankah semua orang menertawakanmu karena itu? Aku akan menunjukan semua.” Kata perempuan itu sambil menggandeng tangan Anna. Anna pun mengikutinya tanpa berkomentar apa-apa.

Setelah satu jam berlalu, akhirnya Anna tiba di suatu tempat yang sangat indah dan memesona.
“Ibu Peri, di mana kita?”
“Di…. Ehmmm… ” perempuan itu kini terlihat gugup.
“Di mana, Ibu Peri?” Anna semakin penasaran.
“Kita di…” lalu perempuan itu lari menghampiri sutradara yang sedari tadi sudah terlihat marah. “Aku lupa naskahnya, Pak. Maaf.” Kata perempuan itu.
“CUT!” teriak sutradara itu.
“Aku kira bagian gugup itu ada di naskah. Hihi.” Kata Anna tertawa kecil.
“Maafkan aku. maafkan aku.” kata perempuan itu sambil membungkuk-bungkukan badan. “Kali ini aku akan serius. Aku tidak akan lupa lagi. Ayo mulai lagi.”

Lalu latihan drama pun kini di mulai lagi. Sampai peran mereka benar-benar menjiwai barulah latihan selesai dan dilanjutkan besok.

“Anna, kamu percaya tentang Ibu Peri yang aku perankan tadi?” tanya perempuan itu pada Anna.
“Hmm, menurutmu?” kata Anna sambil meminum teh kotak yang dipegangnya.
“Entahlah. Kata pak sutradara, jika kita tidak meyakini hal itu maka peran kita tidak akan pernah menjiwainya.”
“Aku benci dongeng.” Kata Anna dingin. “Dongeng itu bohong.” Lanjutnya. “Sejak aku masih sangat kecil, makanan sehari-hariku adalah dongeng. Tidak di rumah ataupun sekolah selalu saja ada dongeng yang membuatku menjadi seorang yang lemah yang selalu menanti keajaiban.”
“Anna, sebenarnya aku memang peri.” Kata perempuan itu dengan menghentikan langkah.
“Ini sudah bukan waktunya latihan. Besok saja dramanya.” Kata Anna.
“Tapi Anna. Percayalah.” Sesaat perempuan yang tadi ada di belakang Anna kini ada di depan Anna. Anna kaget bukan main. “Huaaa! Sejak kapan kamu ada di depanku?!”
“Sejak aku mengeluarkan kekuatanku.” Kata perempuan itu.
“Sudahlah.” Anna melanjutkan langkah kakinya. Tetiba kaki Anna kaku tak dapat digerakkan. Perempuan itu berjalan ke arah Anna.
“Aku yang mengendalikanmu.” Kata permpuan itu.
“Ti-tidak mungkin!”
“Anna, sudah aku katakan bahwa aku adalah peri yang memiliki kekuatan. Dan kini mari sama-sama menjadikan dunia ini menjadi duia perempuan. Semua penghuni adalah feminisme. Aku akan mengubah semua!”
“Ja-jangan! Tolong jangan seperti itu. Jika isi dunia semua perempuan, maka tidak akan ada lelaki! Aku tidak mau! Aku belum menikah. Aku ingin mendapat jodoh di dunia ini! Lepaskan aku.” kata Anna yang sedari tadi masih tak bisa bergerak.
“Masa bodoh, Anna. Aku tidak perduli dengan itu. Aku akan menjadikan dunia ini bersih tanpa ada lelaki! Hahahaha!” kata perempuan itu sambil mengangkatkan tangannya bak penguasa dunia ini.

“CUT!” kata sutradara. “Bagus! Peran kalian bagus! Aku kagum dan tidak ada lagi kesalahan. Sakarang break sepuluh menit.” Lanjut sutradara itu.
“Annaaaaa, akhirnya kita bisa!” perempuan itu bahagia lalu memeluk Anna.
“Tentuuuuuu” Anna membalas pelukannya.

Suasana di tempat itu kini ramai penuh dengan kebahagiaan. Semua istirahat dan kembali menghapalkan naskah yang dimilikinya masing-masing.

Keywords #Jumatulis kali ini adalah Gadis kecil, feminisme, dongeng, peluk, perempuan.
Cerita ini menceritakan kegiatan drama. Lebih tepatnya kegiatan drama di dalam drama. Hhehe.

Kerinduan Ramadhan


BIMBANG (MAWADDAH)

Tuhan, mengapa aku ini? Aku berlainan dari orang lain.
Setiap kedatangan Ramadhan, mereka menyambut dengan gembira, mereka kelihatan ceria.
Tapi aku berlainan, kedatangan Ramadhan penuh duka.
Bukan aku benci bulan-Mu, yang penuh Rahmat dan Berkah.
Tapi aku benci diriku, aku bimbang Ramadhan-Mu, aku tidak mengisi sebaiknya, aku rasa puasaku tidak sempurna, ampunilah aku Tuhan.
Aku rasa sembahyangku tidak sah, teraweh, bacaan Al-Qur’an, aku tidak sampai kemana.
Tuhan itulah menyelubungi hatiku, setiap kali kedatangan Ramadhan.
Adakah satu kesalah ampunkan aku Tuhan
Maafkanlah aku Tuhan kalau itu satu kesalahan.
Pimpinlah aku betulkan sikapku.
Aku mohon keampunan dari-Mu, Tuhan.
Aku mohon keampunan dari-Mu, Tuhan.

<><><><><><><><><><> 

Ini adalah tahun kedua di mana Ramadhanku terasa nyaman dari segala gangguan. Bukan gangguan syetan, tapi gangguan nafsu yang selalu membayangiku. Aku bahagia pada bulan Ramadhan tahun ini. Aku bahagia karena masih dipertemukan dengan bulan yang mulia ini oleh-Nya.

Aku bertekad  untuk memperbaiki apa yang tidak harus aku lakukan lagi di bulan suci ini. Aku berjanji akan menjaga shaumku hingga aku diberikan lagi kesempatan bertemu dengan bulan yang mulia ini. Entah apa yang membuatku mengatakan bahwa aku sangat ingin sekali bertemu dengan Ramadhan ini. Alasannya hanya satu, aku ingin memperbaiki segala hal yang buruk yang pernah aku lakukan di bulan-bulan yang sebelumnya.

Mungkin banyak teman yang bahagia pun dengan datangnya bulan yang mulia ini. Apa kalian memang benar-benar bahagia? Atau hanya sekedar bahagia? Aku tidak begitu. Terkadang aku bersedih dengan datangnya bulan Ramadhan ini. Mengapa? Aku teringat akan satu lagu nasyid yang dibawakan oleh mawaddah yang aku tuliskan di page paling atas. Betapa meruginya diri kita disaat diberi kesempatan bertemu kembali dengan bulan Ramadhan, tapi kita tidak mengisi bulan mulia ini dengan sebaiknya. Mungkin aku sadar dengan mendengarkan lagu yang sungguh membuat kita mengerti betapa berharganya bulan yang penuh berkah ini. Jika kita tidak mengisinya dengan kebaikan, sadarlah, apakah kita akan dipertemukan lagi?

Aku yakin, semua orang pasti menyadari satu hal jika Ramadhan berakhir selalu ada kesedihan yang menyeka hati dan pikiran. Apakah kita akan bertemu lagidengan bulan mulia ini? Satu tahun yang akan datang bukanlah waktu yang singkat. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Hanya Allah SWT yang mengetahui segala takdir yang akan terjadi pada kita. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Itu saja. Maka dari itu, supaya kita tidak mengalami penyesalan yang lebih dalam, mari kita bersama memperbaiki diri ini mulai saat ini. Bertekadlah bahwa Ramadhan kali ini akan bahkan harus lebih  baik dari Ramadhan yang sebelum-sebelumnya.

Segala hal baik yang kita kerjakan saat bulan Ramadhan, Allah akan langsung membalasnya. Apakah kita akan menyia-nyiakan kesempatan yang sangat besar ini? Tentu saja tidak. Jika tidur pun mendapat pahala, bagaimana dengan membantu sesama mukmin di luaran sana? Pastinya akan lebih bermakna lagi.

Sahabat, tak ada bulan yang lebih special selain bulan Ramadhan. Hanya kita temukan di bulan Ramadhan inilah shalat terawih. Hanya kita rasakan di bulan inilah sahur bersama, walau kantuk dan dingin menggerogoti tubuh kita, tapi moment inilah yang menyatukan kita. Semua  bahagia ketika mendengar azan maghrib tiba dan itu hanya kita dapatkan di bulan Ramadhan ini. Tak ada amalan yang tak terhitung. Segalanya akan menjadi berkah jika kita mengisi shaum kita ini dengan sebaik-baiknya. Mengetahui hal itu, apa kita masih akan main-main dalam menjalankan ibadah di bulan ini? 
Jika Ramadhan berakhir, kerinduan pun akan berdatangan silih berganti. Kesedihan muncul di sana-di sini. Hanya satu yang semua inginkan adalah memohon agar dipertemukankan lagi dengan Ramadhan bulan mulia penuh rahmat dan berkah.

Sahabat, kembalilah sejenak untuk membaca sebuah lagu di atas yang mungkin akan mengunggah hati kalian semua, agar lebih bisa memanfaatkan waktu yang bisa kita lakukan di bulanRamadhan ini. Renungilah dengan seksama agar kita bisa mendalami arti dan makna dari isi lagu ini.
Semoga shaum kita di bulan Ramadhan ini berkah dan semoga kita semua dipertemukan lagi di bulan Ramadhan tahun depan.
MAN JADDA WAJADA!

Jumatulis #14 - Ini Bukan Dongeng


Aku..
Aku hanya perempuan yang lemah, tak berdaya
Selalu menanti keajaiban laksana kisah di negeri dongeng
Menjadi gadis kecil yang selalu bermain gembira
Dan juga selalu bahagia di akhir cerita
Menanti ibu peri datang dengan pelukannya
Menjadi feminisme seutuhnya
Dan mendapatkan hati seorang pria dambaan
Dialah pangeran

Tapi...
Semua itu takan terjadi
Dongeng hanyalah mimpi bualan hati
Aku akan tetap lemah dengan semua ini
Aku takan bisa menjadi sakti berkat ibu peri
Aku hanya manusia biasa yang pasti mati
Hilanglkanlah semua kebohongan diri dalam hati

Aku...
Kini aku akan berjuang tanpa menanti keajaiban datang
Berjuang dengan semangatku
Berjuang dengan keringatku
Kekuatan peri itu takan pernah ada
Kekuatan peri hanya kebohongan dalam dunia dongeng belaka
Hanya Tuhanlah yang akan menyelamatklanku
Hanya Tuhanlah yang akan menolongku
Dari kegalauan hati ini
Salam syair hati

Puisi #Jumatulis kali ini dengan keywords Gadis kecil, feminisme, dongeng, peluk, perempuan

Cinta Abadi Tak Mengenal Sakit Hati


Malam ini shalat isyaku tidak khusuk. Entah mengapa tiba-tiba terlintas dalam pikiranku tentang masa lalu yang pernah menyelimuti hari-hariku. Dulu. Ya! Itu dulu. Saat aku mulai kenal dengan adik kelasku. Entah setan mana yang merasuki hingga aku tak dapat menahan dinding istiqamahku.

Saat ini, jika aku teringat kembali pada masa lalu yang bagiku adalah hal yang paling suram yang pernah aku alami, aku selalu ingin menangis. Mengapa penyesalan datang diakhir kejadian? Itulah hidup, selalu harus ada pilihan. Harus bisa memilih mana jalan yang baik dan mana pula jalan yang buruk.

Mungkin saat itu aku mulai terbawa arus yang sangat buruk. Banyak kesalahan yang telah aku perbuat. Memang, cinta itu bisa membutakan mata bahkan hati. Jika kita terlalu mendramatisir secara berlebihan.

Kadang, cinta itu bisa mengubah hal menjadi tidak rasional. Apalah arti tingkatan? Aku seorang kakak kelas dan dia seorang adik kelas. Tapi cinta, tidak mempermasalahkan hal itu. Saat itu aku menganggap dia bukanlah seorang adik kelas yang lebih kecil tingkatannya dariku, tapi karena cintalah aku menjadikannya pujaan hati bahkan sempat menjadikan dia “imamku”. Calon imam di hidupku. bullshit

Namun aku salah. Sejak awal aku sudah bisa melihat hal yang mulai tidak wajar. Namun entah mengapa aku masih saja terjerat dalam belenggunya. Cinta mulai membutakanku.
Seseorang yang menurutku shaleh ternyata tidak sejalan dengan penafsiranku. Saat ini aku mencaci diriku sendiri, saat ini aku menghukum diriku sendiri dan saat ini pula aku memarahi diriku sendiri. Mengapa saat itu aku bertindak bodoh dan selalu saja dibodohi?!

Kini aku sadar, hanya pada Tuhan sajalah aku memohon perlindungan. Tidak seperti dulu, aku selalu bergantung pada orang yang aku yakini dia akan menjadi jodohku. Segala tipu daya setan telah merasuki pikiranku. Dulu, aku selalu berbuat apa saja karena tidak mau ditinggalkan olehnya. Tapi sekarang aku sadar, Tuhan telah memperlihatkan semua. Tuhan telah menuntunku kembali pada jalan yang seharusnya aku tempuh. Hidup hanya bergantung pada Allah membuat hati ini menjadi lebih tenang. Tak ada lagi kegalauan yang menyimpang di hidupku.

Aku sempat malu saat aku kembali mendekati Tuhanku setelah sekian lama aku terlena dan menjauh dari-Nya. Namun aku tahu, Tuhan Maha Pengampun. Tidak akan membiarkan hamba-Nya terus tersesat jika ingin kembali pada-Nya.

Saat ini, jika aku merasa gundah gulana, hanya satu tempat yang aku tuju. Yakni, bersimpuh pada-Nya. Memohon ampun atas segala kesalahan yang pernah aku lakukan. Sangat nikmat jika aku sudah menumpahkan curahan hati saat berkomunikasi dengan-Nya. Walau solusi belum  didapat, tapi ketenangan hatilah yang membuatku menjadi sangat tenang, tenteram dan nyaman.

Seperti inilah duniaku yang nyata. Kembali beristiqamah dan menjadi pribadi seorang wanita sesungguhnya. Hanya kepada Tuhanlah aku meminta pertolongan. Dan hanya cinta Tuhanlah yang abadi yang tak pernah mengenal sakit hati.

Bandung, 18 Juni 2014