Laman

Life Must Go On !

Life Must Go On !
Tulis apa yang ingin kau kerjakan, kerjakan apa yang telah kau tulis !

March 09, 2016

Bukan Lelakiku

Aku menunggu kedatangan seseorang yang sama sekali belum pernah kutemui. Dalam derasnya hujan, di bawah payung berwarna biru ini, aku merasakan jantungku berdetak sangat cepat. Tubuhku bergetar dan perasaanku tiba-tiba menjadi bahagia.
Aku menggigit bibir, menahan tangis yang entah kenapa sedari tadi terus memaksa ingin keluar, meluncur dari sela-sela mataku, membasahi pipi dan menetes kemudian. Sebenarnya siapa yang kutunggu? Iya, seseorang yang kuharapkan menjadi pendamping hidupku.

Sedari tadi kurasakan aroma hujan, sangat segar dan menenangkan. Dingin pun tak menjadi masalah untukku. Yang kuinginkan hanyalah bertemu dengan lelaki itu. Lelaki yang selama ini bercengkrama denganku dari jauh. Lelaki yang selama ini selalu kusebut dalam do'aku. Lelaki yang selama ini selalu membuat rona merah dipipiku. Aku sebenarnya malu, namun kuberanikan diri untuk bertemu langsung dengannya, tanpa berbatas media sosial lagi.

Lima belas menit kumenantinya, berharap pertemuan pertama ini menjadi kesan yang menyenangkan. Tapi aku salah, dia datang bersama seseorang. Seorang perempuan. Dengan pakaian minim seadanya. Perempuan itu cantik, alisnya rapi, bibirnya merah dan wajahnya putih. Perempuan itu turun, mengikuti gerak langkah lelaki yang ada di depannya. Mengikuti lelaki yang sedari tadi sedang kunanti. Mereka menuju ke arahku. Dengan melambaikan tangan, lelaki itu tersenyum manis persis seperti yang kubayangkan. Dia sangat menawan. Tapi tunggu, ketika kubalas senyuman itu, sejurus kemudian perempuan yang sedang bersamanya langsung menggandeng tangan lelaki yang kutunggu itu. Mengapa? Mengapa jantungku sakit melihatnya? Hujan pun mulai beralih menjadi gerimis sendu.

"Hei! Sudah lama nunggu? Maaf ya hujannya tadi deras banget." Katanya sambil membuka helmnya. Perempuan yang bersamanya pun ikut membuka helm. Rambutnya panjang, terurai dan sedikit basah.
"Tidak apa-apa! Hehe." Balasku singkat. Aku bingung harus bertingkah seperti apa. Semua yang kubayangkan tiba-tiba hilang begitu saja. Bayangan itu menguap bersama sisa-sisa hujan yang mulai reda. Dalam benakku timbul sebuah tanya, siapa perempuan itu?

"Oh, ya. Ini kenalin, Mita," katanya, "Mita, ini temanku, Nisa." Lanjutnya mengenalkan diriku kepada perempuan itu. Kami berdua bersalaman. Kuberikan senyuman terbaikku kepadanya. Namun, perempuan itu nampaknya tak begitu menyukaiku, dia tak sedikit pun melihatku. Sebal. Senyum terbaikku terbuang sia-sia.
"Oh, ya. Mana bukunya? Aku tak bisa lama, masih ada kuliah." Tukasku sebelum suasana semakin tak enak.
"Oh ini. Makasih ya. Aku senang bisa bertemu denganmu. Dan maaf aku sering merepotkanmu." Katanya, sambil menyerahkan buku milikku yang sempat dipinjam olehnya. Buku yang kukirim lewat JNE kini kembali bersama seorang yang kupuja. Sekali lagi, lelaki itu tersenyum hangat kepadaku, bicaranya yang lembut membuatku semakin termangu.

"Tidak apa-apa." kataku.
"Ekhem. Apa masih lama, sayang?" tanya perempuan itu. Mata tak bersahabatnya menyorot tajam padaku. Rasanya aku seperti mendengar petir lalu mengguncang di kepalaku. Panggilan sayang itu cukup menjelaskan siapa perempuan itu.
"Nisa, sekali lagi makasih ya. Aku masih ada acara nih. Sampai jumpa!" Katanya sambil berlalu.

Pertemuan yang kukira akan menyenangkan ternyata berbekas luka. Dia lelaki orang lain, bukan (yang akan menjadi) lelakiku.
Bersama berhembusnya angin, aku pulang dan mengubur semua angan yang kini menjadi semu.