Jauh sebelum aku mengenalmu, aku telah sukses menekuni hobiku. Hobi yang mungkin tidak terlalu terkenal ini, membuatku bisa lebih dekat mengenalmu.
Pop Art (Populer Art, seni yang mendobrak batas-batas artian seni yang agung). Seni yang telah mempertemukan kita sekaligus menyatukan cinta kita. Dari simbol-simbol dan gaya visual karya senimu, mampu membuat perasaanku terbang di tengah bunga-bunga yang indah bertebaran.
"Kau menyukai pop art juga?"
Itulah awal dari pertemuan indah kita di sebuah pameran lukisan di Kota Bandung.
Gayamu yang klasik membuat tanganku mulai menata satu demi satu titik fokus seni. Terbayang dibenakku untuk segera menggoreskan pensil dan mulai menggambar wajahmu dengan senyuman yang kian menghipnotisku.
Jika seni adalah keindahan, maka kamu pun adalah salah satu seni yang Tuhan ciptakan dengan segala kesempurnaan. Aku mencintaimu dengan segala kekuarangan dan kelebihanmu.
---------------
"Kau menyukai pop art juga?" Aku mendekati seorang perempuan yang terlihat sedang asyik dengan laptopnya di salah satu meja yang menghadap ke arah lukisan Pablo Picasso.
Ia sedang bermain seni di Photoshop C3nya. Membuat pop art dari wajahnya sendiri.
"....." Ia hanya diam lalu mengangguk tanpa sedikit pun menoleh padaku.
"Boleh aku melihatnya?" Sejurus kemudian aku duduk disebelahnya dan memperhatikan gerak lincah tangannya memainkan mouse.
Sekali lagi ia hanya mengangguk.
"Sangat cantik!" Kataku.
Tidak lama kemudian aku pun mengeluarkan laptopku yang pastinya ingin menunjukan karya-karya pop art-ku juga.
"Lihat! Ini karyaku." Aku mengarahkan laptop pada perempuan itu. Ia sedikit menoleh acuh. Namun tidak sampai sedetik pun ia menoleh lagi bahkan lebih dekat dan lebih lama, sangat lama.
Akhirnya ia memperlihatkan wajahnya padaku, kemudian ia tersenyum ceria sambil mengangkat kedua jempolnya.
Kumanfaatkan waktu yang singkat itu untuk memandangnya lekat-lekat. Kutemukan pancaran dari matanya yang sangat teduh mampu menenangkan hati.
"Terimakasih. Pop art-mu juga sangat keren! Maukah kamu berbagi ilmu denganku?" Aku sangat tertarik dengan gaya visual yang tak segan ia gunakan untuk karyanya itu. Karyanya seperti mengungkapkan sebuah perasaan yang tak sempat tersampaikan.
Angin berembus membuat dingin ruangan sekitar. Dan saat itu pula tercium aroma hujan yang sangat deras di luar.
Perempuan itu kini menutup jendela photoshopnya dan membuka jendela baru, microsoft word.
Lalu ia mengetik tanpa aku melihat apa yang ia tulis.
Dengan wajah menunduk, ia memperlihatkan laptopnya kepadaku.
Maaf. Aku tidak bisa bicara :)
Kini dingin semakin menjalar ke tubuhku. Perempuan cantik ini, yang bagiku sempurna, tidak bisa berbicara! Seketika lidahku kelu, tak bisa mengucapkan satu kata pun. Perempuan itu memperlihatkan lagi sebuah tulisan padaku.
Kamu kaget, ya? Pasti kamu akan membatalkan keinginanmu yang tadi. Berbagi ilmu. Iya kan?
Melihat tulisan itu, aku terperanjat dan langsung merebut laptopnya kemudian menghapus tulisannya.
"Tidak! Kamu bisa membagi ilmumu dengan cara mempraktekan langsung kan!" Aku masih bingung harus bagaimana. Tapi aku tidak ingin ia salah paham. "Walau tidak dengan ucapan, aku bisa mempelajarinya dengan gerakan yang kau instruksikan, karena..." Aku menunduk, "karena aku menyukai seni pop art-mu." sekaligus menyukai dirimu cinta pandangan pertamaku. Cinta datang kapan saja dan pada siapa saja.
Baiklah. Terima kasih sudah mengerti.
"Iya." Aku pun berterimakasih karena kamu mau memberi jalan untukku agar bisa lebih mengenalmu.
Kini, hampir setiap minggu kami bertemu, hanya sekedar untuk membuat pop art bersama. Sampai aku meminta untuk foto bersama dengan alasan untuk dijadikan bahan pembuatan pop art. Tapi dibalik itu aku akan mencetak fotonya dan kusimpan di dompetku. Aku benar-benar mencintainya.
Terima kasih untuk hari ini. Ternyata pop art-mu lebih luar biasa!
Kini ia tidak lagi mengetik melainkan menulis pada sebuah buku catatannya.
"Sama-sama. Hehe."
Mungkin, hari ini adalah hari yang tepat untuk menyatakan perasaanku. Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung mengungkapkan semuanya.
"Hmm, aku menyukai pop art-mu, selain itu aku pun menyukaimu. Emm atau bisa dibilang aku mencintaimu saat pertama bertemu." Jantungku berdebar lebih kencang.
Mungkin jika ia bisa bicara, ia pun pasti akan gugup untuk menjawab. Terlihat dari raut wajahnya yang kian memerah dan salah tingkah.
"Bagaimana, apa kau mau menerima cintaku? Emm aku tidak akan menjadikanmu pacar, emm mungkin menjadikanmu sebagai istriku. Apa itu terlalu cepat?" Entah apa yang telah merasukiku hingga aku tak sempat berhenti berbicara. Namun, ia langsung memandangku, memegang pundakku dan tersenyum malu.
"Bagaimana apa kamu menerimaku? Eh, emm tapi, sampai saat ini aku belum tahu namamu. Hehe." Aku baru menyadari itu.
Dengan menyobekan kertas dibuku catatannya, ia menulis sesuatu dan kemudian memperlihatkannya padaku. Ia menutup wajahnya dengan kertas itu yang bertuliskan.
Kamu akan mengetahui namaku saat pembuatan buku nikah nanti. Hihi :)
Aku juga mencintaimu yang telah menerima kekuranganku.
Ah! Jawaban sempurna! Kalau saja sudah halal, aku peluk ia!
Saat itu ia tak mau membuka wajahnya yang tertutup kertas itu. Sangat lucu. Aku berjanji akan setia bersamamu.
-------------
Sejak saat itu hingga kini, aku membuka galeri pop art bersama isteriku. Ya, kini perempuan itu sudah menjadi isteriku. Nama indah yang tertulis dibuku pernikahan kami itu adalah, Syafira Nadin Arsyafani. Perempuan yang luar biasa yang mampu menciptakan keindahan semesta melalui visual pop art-nya.
picture source |
Cinta dan seni tidak akan terpisahkan justru keduanyalah yang menyatukan. Dengan cinta mampu melengkapi kelebihan, dengan seni pasti menyempurnakan kekurangan dan menjadi berbagai macam keindahan. Itulah dirimu, membuatku mengerti apa artinya cinta dan seni.
No comments:
Post a Comment