Aku yang bodoh, atau memang pelajarannya yang sulit?
Itulah pertanyaan yang sering aku tanyakan pada diriku
sendiri saat aku tak bisa menyerap materi-materi perkuliahan. Tapi kata Bu
Elis, guru SDku. Beliau berkata “Tidak
ada yang bodoh di dunia ini, tapi hanya ada mereka yang malas saja.”
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa aku tidak bodoh, tapi
pelajarannya yang memang sulit. Namun jika pelajarannya sulit, mengapa temanku yang
lain bisa menyelesaikannya? Aku sudah berusaha untuk belajar dan selalu mempelajarinya
kembali. Aku sudah mencoba untuk rajin tapi tetap saja, aku belum bisa.
Contohnya, hari ini
aku sedang belajar Akuntansi. Semua mahasiswa sepertinya antusias namun tidak
semuanya. Ada juga mahasiswa yang memperhatikan tapi pikirannya terbang
melayang di awang-awang, terlihat dari
raut mukanya yang seperti memelas ingin segera pulang. Setali tiga uang
denganku. Aku juga merasa pusing dengan mata kuliah yang satu ini. Aku ingin
bisa tapi bagiku itu sangat sulit. Aku mencoba memperhatikan, namun tak ada
satupun materi yang aku serap kecuali angka berjuta-juta yang mengitari otakku.
Dampaknya, bukannya aku menulis materi Akuntansi tapi malah menulis cerita pendek
ini.
Ironis memang. Saat seseorang menekuni suatu bidang tertentu,
namun orang itu tidak paham dengan bidang yang sedang ditekuninya maka hal
tersebut sungguh disayangkan. Tapi semua itu belum terlambat bukan? Ya! Semua
itu belum terlambat. Aku mencoba bertanya pada temanku, dia menjawab dengan
sangat lancar seperti tidak menemukan kesulitan. Aku iri padanya karena aku
belum bisa sepertinya. Belum bisa menguasai Akuntansi. Jangankan menguasai,
menaklukannyapun aku belum bisa. Dapat nilai B saja sudah syukur bahagia. Tapi
untuk kali ini harus ada peningkatan lagi. Walau bumi bergoncang, bangunan
roboh, aku akan tetap berusaha untuk mendapat yang terbaik.
Aku kembali memperhatikan dosen yang sedang menerangkan, Akuntansi
pastinya. Tapi sesekali aku melanjutkan tulisanku ini. Tulisan sekaligus
curahan hatiku saat ini, saat belajar Akuntansi disini, di ruang B.2.1 ini.
Kadang aku selalu berpikir, “Apa aku tidak cocok kuliah disini? Atau aku tidak
berbakat di bidang Akuntansi ini? Atau mungkin aku tidak usah kuliah deh, tapi
aku menekuni saja proyek menulisku sampai bisa menjadi buku lalu diterbitkan
dan kemudian menjadi buku bestseller. Dengan begitu, terwujudlah keinginanku
untuk menjadi seorang penulis.” Wuuuussssssssss….. tapi semua pengandaian itu
segera menghilang dari benakku. Banyak yang harus aku pertimbangkan jika sampai
aku bertindak seperti itu.
Masalahnya, ya, inilah masalahnya. Aku takut tidak bisa
menyelesaikan kuliah Akuntansiku. Jika saat ini saja aku masih belum bisa
serius. Aku masih selalu menulis cerita disaat mahasiswa yang lain sibuk
memperhatikan dosen didepan. Tapi mau bagaimana lagi, aku hanya bisa menulis
seperti ini. Sebenarnya telingaku fokus mendengarkan dosen, tapi pikiran ya fokus
untuk menulis cerita ini. Hehe
“Duuuuhhh yang lagi serius nulis.” Roro temanku
mengagetkanku. Aku langsung menutup tulisanku. Tulisan yang aku tulis dibuku
tugas Akuntansi. “Eh Roro hehe, aku bingung nih kok yang nomer empat jurnalnya
kayak gini?” aku so’ so’an menanyakan soal padahal materinya saja aku belum mengerti. “Ampun
deh!” kata Roro sambil tepok jidat. Aku hanya bisa senyum manis. “Katanya belum
bisa, belum ngerti tapi malah fokus ke yang lain bukannya memperhatikan bapak.”
Nasihat yang sering Roro ucapkan padaku saat aku tidak fokus pada pelajaran.
“Ya maaf. Abisnya bingung mau ngapain lagi. Daripada tidur, tidak menghasilkan
apapun.” Roro hanya menggelengkan kepala dan aku hanya menggaruk-garuk kepala,
padahal tidak gatal. “Selalu bilang begitu, Ijah, Ijah.” Namaku Zahra. Nama
yang bagus bukan? Tapi dipanggilnya Ijah, menyebalkan bukan?.
Ternyata, dibalik obrolan kami ada peran lain dibelakangnya.
Pak Danny, sudah lama standby berdiri dibelakang kami. “Ekhhmm, coba Zahra
kerjakan nomer dua dan kamu Roro kerjakan nomer tiga!” ini nih, ini yang paling
aku takutkan. Jantungku berdetak begitu sangat kencang, layaknya atlet marathon
yang sedang berlari sangat cepat tanpa henti. Aku melirik Roro, dia senyum
sumringah karena aku tau dia pasti bisa mengerjakannya. Dan aku? keringat
dingin mulai keluar, ruangan ini terasa sangat panas, akupun bingung mengapa
bisa begitu. Kami berdua langsung maju ke depan. Roro dengan sangat lancarnya
mengerjakan soal Akuntansi yang hampir satu papan tulis terisi penuh. Aku masih
mencoba memutar otakku, otak kiri Zahra,otak kiri, bukan otak kanan.
Aku membaca soal dan mencoba mengerjakan sambil mengintip materi
yang ada dibaliknya. Alhasil, aku bisa menyelesaikannya waahhhh komplit dengan
income statement yang biasanya aku stuck disitu dan tak bisa lagi berbuat
apa-apa. Tapi sekarang, rasanya bagai terbang diawan ditaburi bintang,
berkedap-kedip kegirangan. Lebay memang. Tapi kenyataannya aku sangat bahagia
bisa menyelesaikan soal Akuntansi itu. Aku kembali duduk dengan membawa
senyuman dan kebahagiaan. “Selesai, Pak.” Dan Pak Danny membalas senyumanku
sambil berkata, “Tidak sulit bukan? Bapak lihat kamu bisa menyelesaikannya
dengan caramu sendiri. Harus lebih giat lagi Zahra. Ini soal tergolong sulit,
tapi kamu bisa kan? Jadi, harus banyak latihan lagi. Kalau kamu senang menulis,
itu bagus, tapi jangan menulis saat belajar karena konsentrasimu jadi terbagi.”
Pak Danny memujiku atau memarahiku ya? Tapi tak apa, aku mulai menghapuskan
pikiran negatifku. Ternyata aku bisa dan mampu jika aku mau dan punya
keinginan. Bukan karena deg-degan dan desakan. Tapi ini berasal dari hati.
Hal ini membuktikan bahwa tidak ada sesuatu yang sulit jika
kita mau mengerjakannya. Tidak akan ada yang bodoh jika tidak malas. Tidak akan
Allah SWT memberi ujian melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Ada kalanya dimana
saat kita harus belajar dan ada pula saat dimana kita untuk berkarya. Kini
selalu terpatri dihatiku bahwa Akuntansi Pasti Bisa! Namun bukan hanya mata
kuliah Akuntansi saja, tapi mata kuliah yang lainpun aku pasti bisa. Man Jadda
Wa Jada! Ya, siapapun yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Dan aku,
pasti akan berhasil mengalahkan, menaklukan dan menguasai Akuntansi. Pasti!
No comments:
Post a Comment