Lihatlah, wanita yang sedang duduk di kursi taman itu. Ia
adalah wanita yang aku cintai. Ya, aku mencintai seorang wanita cantik. Tapi,
jangan salah paham dulu. Bukan berarti aku menyukai sesama jenis. Bicara
tentang wanita yang aku cintai, aku mencintai sosok yang sedang membaca buku di
taman itu. Ia cantik, lembut, dan juga perhatian. Takan pernah kutemui wanita
lain selain ia. Sudah terpatri dalam hati bahwa ia adalah benar-benar wanita
yang aku cintai. Ya. Siapa lagi kalau bukan ibuku. Ibu yang selalu ada
disampingku, selalu ada untukku.
Tiba-tiba aku teringat akan sesuatu yang aku alami dua hari
yang lalu saat di dalam angkot. Pagi hari di kota Bandung. Sebuah percakapan
hangat tentang kisah seorang ibu terungkap dari seorang supir angkot. Bapak
paruh baya ini bercerita tentang kehidupannya yang hanya sekedar cukup namun
tetap bisa membahagiakan ibunya yang sudah lanjut usia. Ibunya yang sudah tidak
punya siapa-siapa lagi selain dirinya. Beliau berkata, “Semiskin-miskinnya
saya, tekad saya hanya satu. Harus tetap ngasih ke ibu walaupun tidak banyak,
tapi maanfat itu sudah cukup.” Suasana di dalam angkot menjadi hening. Seorang
supir angkot yang mendapat penghasilan sekedar cukup tapi rasa cinta terhadap
ibunya sangat tinggi, sedangkan para pejabat yang punya banyak uang dan pangkat
belum tentu seperti itu.
“Perjuangan seorang ibu untuk anaknya memang tidak bisa
dibalas dengan jasa atau barang berharga apapun, tapi setidaknya melihat ibu
bahagia dengan apa yang kita beri, melihat ibu tersenyum atas apa yang kita
lakukan itu sudah merupakan balasan yang indah untuknya.” Semua yang berada di
dalam angkot tersenyum. Ada salahsatu penumpang bertanya pada pak supir, “Pak,
memangnya berapa usia beliau?”.
Dengan nada yang tenang pak supir menjawab,
“Sembilan puluh lima tahun. Dan sekarang umur saya lima puluh dua tahun.” Wahhh
semua orang nampaknya kagum kepada pak supir itu. Sungguh kecintaan yang sangat
besar dari seorang anak terhadap ibunya. Dalam kesederhanaan, tercipta sebuah
kehangatan yang sangat tinggi. Semoga keluarga bapak supir itu selalu berada
dalam kemudahan dan dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.
Aku memandang sosok yang selama ini berjuang keras demi
kehidupanku. Matanya yang indah memancarkan cinta dan kasih sayang tulus untuk
kehidupanku. Tangannya yang lembut selalu siap sedia merangkulku dalam keadaan
apapun. Dan, setiap lantunan kata yang ia sampaikan adalah demi keberhasilan
diriku. Ibu, apa aku bisa membalas jasamu? Walau memang benar kata pak supir
itu bahwa pengorbanan ibu takan bisa dibalas oleh apapun. Ibu, apa aku bisa
membahagiakanmu seperti apa yang kau lakukan padaku? Mungkin saat ini aku masih
merepotkanmu. Aku belum bisa membuktikan rasa cintaku kepadamu. Namun, seiring
berjalannya waktu, aku akan membuktikan bahwa engkau tidak sia-sia
membesarkanku. Keringat yang engkau korbankan untukku akan aku basuh dengan
rasa cintaku. Aku berjanji akan selalu berusaha memberikan yang terbaik
untukmu. Untuk wanita yang sangat aku cintai. Selamanya.
No comments:
Post a Comment