Aku merenung di bawah jembatan
Pasopati. Riuh suara klakson mobil dan motor membuyarkan lamunanku. Aku coba
tengok, tak ada yang aneh. Lalu aku pergi meninggalkan tempat itu, menuju
tempat lain yang tidak jauh yakni Taman Jomblo. Di sana, kudapati seorang
lelaki yang sedang asyik berfoto
bersama seorang wanita. Foto-foto selfie gitu deh!
Ini loh, Taman Jomblo.
Kok ada pasangan yang begitu mesranya narsis-narsisan di sini?! Gak takut karma
apa?! Ucapku dalam hati.
Entah mengapa, tiba-tiba aku mendo’akan agar mereka putus. Wong iki Taman Jomblo toh? Jadi, mereka
harus Jomblo dulu, jika ingin menginjakan kaki di sini. Sudahlah!
Taman Jomblo, Taman yang sedikit ramai karena berlokasi di
bawah jembatan, dan memang terletak di tempat yang dilintasi kendaraan, ini
menjadi mudah didatangi oleh siapapun yang lewat ke sini.
Kulihat ada seorang Kakek
dengan tongkat kayunya sedang
jalan-jalan di Taman ini. Sedang apa?! Aku lalu bertanya pada Kakek itu, “Kek,
bukannya ada Taman Lansia ya? Kok Kakek ke sini?” dengan wajah sedikit tak
suka, Kakek itu menjawab. “Ada masalah? Yang penting Kakek Jomblo, tidak ada
yang salah kan?!” lalu Kakek itu berlalu.
“Duuuh, si Kakek. Jomblo aja sombong banget sih!” dalam hati
aku menggerutu. Lalu, aku duduk kembali. Masih di Taman Jomblo ini. Tiba-tiba
ada pemuda, dia membawa ransel yang
cukup besar berwarna hitam menghampiriku. “Sendirian aja! Jomblo ya?” katanya
sok asik.
“Kok tau?” kataku, cuek. Ini aku nanya beneran loh ya. Eh!
Malah dijawab dengan gombalan. “Karena, aku akan menjemputmu ke pelaminan.”
Mendengar ucapannya, aku langsung melirik ke arah pemuda itu dengan tajam,
setajam silet. “Tenang Mbak, tenang!” katanya. Lalu dia mengeluarkan sesuatu
dari ranselnya. Kulihat dia mengeluarkan sebuah stoples yang berisi banyak kertas gulung. “Apa itu?” tanyaku.
Dengan lugas dia menjawab, “Ini kertas kebenaran, Mbak. Mbak pilih satu, maka
sebuah kebenaran akan anda dapatkan.”
“Boleh aku……” belum selesai bicara, dia main serobot saja.
“Boleh, boleh, silahkan!”
Hmmm, dengan rasa biasa saja aku mengambil satu. Kubuka, dan
ternyata kertas itu bertuliskan
“Pulanglah! Taman ini tak pantas untukmu!”
kaget. Aku tak percaya dengan kertas ini. “Ini manipulasi ya Mas? Aku minta
satu lagi!” Mas itu hanya
tersenyum dan menyodorkan kembali stoplesnya. Lalu kubuka lagi, dan ternyata. “Pulanglah! Jangan sampai Taman
ini menjomblokanmu.”
Kertas
macam apa ini?! Batinku kembali menggerutu.
“Bukannya Mbak ini mau bertunangan? Mengapa masih di sini?
Ini Taman Jomblo loh, gak takut emang?” katanya sambil tersenyum tipis.
“Takut apa? Siapa yang mau bertunangan?!” aku melirik kepada
pemuda itu. Lalu pemuda itu tersenyum dan wajahnya menunjukan pada sosok yang
ada di seberang jalan Taman. Gagah. Dia benar-benar gagah.
“Syam! Mengapa dia ada di sini?!” aku segera pergi
meninggalkan Taman itu.
Aku lupa bahwa hari ini aku akan bertunangan.
No comments:
Post a Comment