Siang tadi, aku mencoba mencari udara segar, di tengah cuaca yang sangat panas.
Coba tebak, apa aku menemukannya?
Tentu tidak, yang kutemukan hanya bayangan wajahmu yang hari kemarin tak jadi berjumpa.
Hallo Viska, selamat sore..
Kemarin kita tak jadi berjumpa. Padahal kemarin adalah moment terakhir, dimana kita bisa membuka jendela-jendela ilmu. Selain itu, aku pun merindukanmu.
Lewat surat ini, kuingin tanyakan kapan kita akan berjumpa lagi? Rasanya rindu yang tak berbatas ini ingin segera kuadukan padamu. Walau dua minggu yang lalu kita telah berjumpa, apa daya waktunya begitu singkat, tak cukup tuk mencurahkan, menceritakan kisah-kisah yang kita lalui dalam hidup kita.
Viska, sungguh bertemu denganmu adalah hal yang aku tunggu. Sahabat SMP yang tak pernah bosan menyemangatiku. Yang selalu memberi motivasi dalam segala hal di hidupku. Ah, rasanya aku sudah tak sabar menceritakan hal yang terjadi kemarin di pesta buku.
Oh ya, kemarin aku ke Braga sendirian. Andai saja kau jadi pergi, mungkin aku tak akan kesepian.
Tahu tidak, kemarin kuberjalan menelusuri jalanan Braga ditemani gerimis yang tak romantis. Pepohonan pun terlihat gelisah karena tak sepenuhnya basah. Andai kemarin kau ada di sini, mungin kita bisa berfoto di dekat pepohonan itu, agar ia tak lagi gelisah.
Kau bingung bukan, mengapa aku mengirim surat? Bukankah bisa lewat pesan singkat? Nah, inilah hal yang spesial, aku mengirimiku surat karena aku juga sedang tak punya pulsa hehe.
Selain itu, surat yang kukirim ini adalah surat cinta loh.
Iya, aku mencintaimu karena Allah. Aku mencintaimu, karena kau adalah sahabat terbaik yang dikirim Allah untukku.
Kutunggu balasan suratmu yaaa, Viska. Jika sudah ada waktu yang cocok tuk berjumpa, segera kabari aku.
Salam rindu.
Ndeh.
No comments:
Post a Comment