Assalamualaikum, Ma.
Ma, apa kabar? Semoga Mama selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT, begitu juga Bapak. Lewat surat ini kusampaikan beribu kata maaf, yang tak mampu kuucapkan langsung kepadamu, Ma. Aku ingin mengatakan sesuatu yang mungkin bisa menyakiti hatimu. Maafkan aku, Ma. Aku sudah tak mampu memendam ini sendirian.
Aku ingat Ma, saat aku bilang aku telah mendapat beasiswa untuk membayar kuliah, kulihat kebahagiaan tak henti-hentinya terpancar di wajah lelahmu. Beasiswa yang mampu meringankan bebanmu demi menyekolahkan aku, demi mengangkat derajatmu kelak aku lulus nanti. Tapi Ma, ada sesuatu yang harus aku sampaikan, namun Mama harus berjanji jika kuceritakan, takan membuatmu menangis bersedih hati. Maafkan aku, Ma.
Dua bulan lalu, aku kena musibah Ma. Aku ditipu orang, dihipnotis, Ma. Aku bingung harus bilang pada siapa, aku kaget dan aku takut, Ma.
Orang jahat itu mengambil semua yang aku punya.
Mama, tahu laptop yang Abang berikan padaku? Laptop yang dengan susah payah didapat dari keringat Abang demi melancarkan tugas kuliahku itu? Sekarang telah kandas, Ma, diambil orang jahat itu, orang yang telah menghipnotisku. Maafkan aku, Ma. Aku telah menyia-nyiakan perjuangan Mama dan Abang.
Selain itu, mungkin, bukan, tapi pasti Mama juga akan kecewa padaku. Uang beasiswa dari kampus pun kandas, Ma. Orang jahat itu menghipnotisku dan menyuruhku mencairkan semua uang tabunganku. Sakit hatiku, Ma. Sangat sakit karena aku telah menghancurkan kepercayaanmu, kepercayaan kampus, karena orang jahat itu.
Ma, jika Mama ingin marah padaku, silakan, Ma. Jika Mama ingin memukulku seperti yang pernah terjadi lima belas tahun yang lalu, silakan, Ma. Ini semua salahku, karena kecerobohanku, karena kebodohanku, dan karena kebiadaban orang yang telah menghipnotisku. Mama, maafkan aku! Aku masih belum siap pulang ke rumah, untuk menceritakan ini semua.
Mama, jika kau telah membaca suratku ini, janganlah kau risau, aku di sini baik-baik saja. Hanya saja proses kuliahku sedikit terganggu. Kegiatan belajarku tak kondusif lagi, Ma. Tapi tenang, aku masih bisa mengatasinya.
Ma, do'akan aku agar aku tak lagi ada yang ganggu. Do'akan pula untuk orang yang telah menghipnotisku, agar dia sadar dan diberi balasan oleh-Nya. Maafkan aku, Ma. Sekali lagi maafkan aku. Dulu aku berjanji, merantau ke kota besar untuk mencari ilmu demi membahagiakanmu, membahagiakan Bapak. Lantas, kini aku malah mengecewakanmu. Kuingin memelukmu, mencium tanganmu agar aku tak menjadi rapuh.
Ma, jangan terlalu dipikirkan tentang musibah yang telah menimpaku. Aku ingin Mama tetap sehat, Mama tetap kuat, cukup saja aku yang akan mencari solusi untuk kejadian ini. Aku hanya ingin memberi tahumu bahwa saat ini aku masih baik-baik saja.
Ma, aku akan pulang dan menceritakan segalanya, jika aku sudah siap nanti ya, Ma. Maklumi aku yang belum berani menghadapmu. Belum berani menghadap Bapak yang aku sudah bayangkan bagaimana nanti responnya. Ma, sehat selalu ya, Ma. Salam untuk Bapak juga. Maafkan aku atas kelalaian dan kecerobohanku.
Salam kangen, salam sayang dan cinta dari anakmu, yang masih belum bisa membahagiakanmu.
No comments:
Post a Comment