Laman

Life Must Go On !

Life Must Go On !
Tulis apa yang ingin kau kerjakan, kerjakan apa yang telah kau tulis !

January 31, 2016

In My Deepest Heart

Dear lelaki berkulit gelap dengan senyum manis penuh makna.

Ini adalah pertama kalinya aku mencoba menyampaikan isi hati.
Sebenarnya aku bukan pujangga, yang pandai merangkai kata.
Tapi apa daya, hati yang berbunga mampu membuat segalanya menjadi bisa.

Bagaimana aku mengatakannya ya?
Bagiku, cinta itu sederhana, sesederhana aku memandang pesonamu di balik buku catatanku.
Hanya pada saat rapat UKM-lah aku bisa melepaskan gundah di hatiku.

Sebenarnya aku malu, rasanya aku tak pantas untuk mencintaimu.
Namun, senyuman indahmu itu sulit berlalu dalam benakku.
Aku bahkan menyimpan foto-fotomu dalam folder rahasia di laptopku.
Tapi, entah sampai kapan aku mencintaimu dalam diam.

Lewat surat cinta ini, kuharap kau menyempatkan membacanya.
Kuharap kau yang kumaksud, menyadari bahwa kaulah yang sedang kubicarakan.
Andai aku seberani wanita yang menyatakan langsung perasaannya, mungkin sudah kulakukan dari dulu.
Tapi aku tak seberani itu. Memandang wajahmu pun rasanya sudah cukup membahagiakan perasaanku.

Bagiku, aku seperti pungguk merindukan bulan, untuk bisa bersamamu, kubisa apa? Adalah mustahil bagiku untuk menyatakan perasaan ini.
Tapi, surat cinta ini membantuku menyalurkan isi hati.

Kau yang memiliki senyuman manis, sungguh dari dasar hati paling dalam, aku sangat ingin bersamamu.
Namun, menurut logikaku, hal yang kuinginkan itu adalah mustahil.
Siapa aku? Siapa kamu?
Mungkin itulah yang membuat aku tak mampu bersama denganmu.

Kau yang berkulit gelap dengan senyum merekah indah, dengarkanlah, coba dengarkan!
Sssstttt, aku mencintaimu.

January 13, 2016

Mandala #1

Kata adikku, kalau menggambar itu harus ada maknanya~
Teringat ketika membuat gambar ini, setiap garis dan bentuk yang aku buat, dimaknai begitu saja oleh adikku. Walau terdegar memaksa, tapi makna-makna itu ada benarnya juga.
Oh ya, gambar yang kubuat ini namanya doodle. Namun dipadukan juga dengan mandala

Seni mandala ini adalah seni yang sangat menarik hati, ketika melihatnya pertama kali. Saat itu aku tidak sengaja melihat di video recomended youtube, yang menampilkan seni mandala tersebut. Saat kubuka videonya, mataku langsung berbinar dan ingin segera mempraktikan untuk membuatnya. Akhirnya saat itu juga kukeluarkan drawing pen untuk membuat mandala.

Awalnya agak sedikit rumit, karena kita di sini harus benar-benar menumpahkan  berbagai kreasi segala macam pola untuk membuat mandala. Namun akhirnya seiring berjalan waktu, dan aku terus berlatih, sampai saat ini banyak teman yang memintaku untuk dibuatkan mandala.

Apalah dayaku yang lebih memilih menggambar doodle dan mandala, dibandingkan harus menghafal rumus statistika. Hobi yang kini terus kujalani membuatku menjadi semakin memutar otak kanan agar lebih kreatif lagi. Rasanya ada kebahagiaan tersendiri ketika ada seorang teman yang minta dibuatkan doodle mandala. selain karyaku terpakai, aku juga bisa terus berkreasi dan mengembangkan (mungkin) bakat, yang semoga bisa mengubah jalan hidupku nanti. Aamiin.

January 08, 2016

Lika-li(A)ku Perantau

Adakah yang salah dengan kehidupan? Ataukah hidupku yang memang benar-benar penuh kesalahan dan masalah?

Sudah hampir enam tahun aku merantau di kota yang disebut kota kembang ini. Dari sejak kelas X SMA sampai dengan kini aku kuliah di semester V, selalu penuh liku dan tak pernah menemukan jalan keluar. Semuanya buntu, sampai akhirnya aku tak tahu lagi harus bagaimana.

Terkadang aku berpikir, apakah jalan hidupku memang seperti ini? Atau aku tak pernah mau berusaha memperbaikinya? Tidak! Aku pernah melakukan berbagai cara untuk memperbaiki segalanya, tapi pada akhirnya selalu berujung kecewa. Apakah memang nasibku seperti ini? Apakah hidupku akan terus begini? Bahkan untuk meminta uang jajan sepuluh ribu rupiah pun rasanya aku tak mampu. Akhirnya aku meratapi hidup yang rasanya selalu begitu.

Semua ini berawal dari aku punya "TEMAN JAUH", terpaksa aku menggunakan uang praktikum hanya untuk pergi menemuinya. Maaf. Bukan aku yang meminta bertemu, tapi teman jauhku itu yang meminta. Jujur, saat itu aku tak punya uang untuk naik bus, sekedar naik angkot pun uang itu tak ada. Kini aku menyesal, karena terlalu mencintainya akhirnya kuliahku berantakan. Dari situlah, masalah hidupku mulai berdatangan.

Menjadi anak rantau memang tidak bisa seenaknya, seperti saat bersama mama bisa minta segalanya, tidaklah seperti itu. Segalanya serba terbatas, kecuali makan dan minum, bisa minta kepada siapa saja. Saat SMA, uang tiga puluh ribu rupiah harus cukup untuk satu minggu termasuk ongkos, jajan, bayar uang kas kelas, bayar uang kas OSIS, bayar uang kas ROHIS, dan lain-lain sepertinya. Terkadang disitu saya merasa sedih. Tapi kesedihan itu kubuang jauh-jauh karena sekarang aku sedang dalam proses perjuangan.

Menjadi anak rantau itu harus kuat. Jauh dari orang tua bakalan susah kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Contohnya, entah sejak kapan aku mulai sering sakit. Dari lahir sampai kelas tiga SMP rasanya aku tidak pernah sakit, kecuali sakit musiman seperti flu saat musim hujan, atau batuk saat musim panas. Tapi kini, dari SMA mulai sering sakit, maag lah, mimisan lah, ini dan itu silih berganti. Dan sekali lagi, minta uang untuk beli obat pun rasanya aku malu.

Kini puncak kesalahanku, aku tak tahu harus bagaimana lagi, ketika aku ditipu seorang teman yang baru seminggu kukenal. Aku lebih merasa dihipnotis olehnya, segala yang dia suruh aku turuti saat itu juga, akhirnya laptop dan uang tabunganku kandas semua. Sampai kini dia sulit dihubungi. Aku terus menangis mengingat apa yang kini sedang terjadi.
Dari kejadian itu aku berpikir, apakah hidupku akan terus sesulit ini?

Kini kumengadu kepada Sang Penerima Taubat, aku tahu bahwa aku memang belum sempurna menjalankan ibadah kepada-Nya. Tapi kepada siapa lagi kumengadu dan memohon pertolongan selain kepada-Nya?
Ya Allah, sebenarnya aku malu untuk mencurahkan segala masalahku. Aku merasakan segala nikmat yang Kau beri sudah lebih dari cukup. Namun aku masih sering tak bersyukur.

Hingga akhirnya aku menyadari, lika-liku yang kuhadapi di tengah ramainya kota yang kurantau ini, adalah kesalahanku sendiri.
Bahkan Allah sering memperingatkanku agar tidak melakukan hal yang tak mampu kujangkau. Entah mengapa aku selalu melakukan kesalah-kesalahan itu.

Aku yakin, setiap masalah yang kualami ini pasti ada hikmahnya. Bukankah semua masalah yang menimpa akan mendewasakan kita? Kuharap aku bisa bercermin dari musibah yang berlalu. Kuberharap takan pernah lagi jatuh di lubang yang sama.
Ya Allah, ampunkan aku..

January 02, 2016

Semangat Baru 2016

Kali ini, di tahun ini, aku sangat ingin mulai rajin menulis lagi. Aku rindu merangkai kata, memagut rasa, menuangkan banyak cerita. Rasanya terasa hampa ketika aku tak mencurahkan segala perasaan yang ada.

Kini aku ingin bercerita tentang perayaan tahun baru yang baru saja dirayakan kemarin malam.
Malam tahun baru, aku hanya diam di rumah. Tepatnya hanya tidur saja di kasur yang sedikit empuk itu. Entah mengapa, tak ada hasrat untuk pergi ke luar demi marayakan malam penuh kembang api itu.

Tapi maaf, bukan karena aku jomblo. Tepatnya single. Ini adalah masalah prinsip. Dikarenakan malam tahun baru 2016 tepat di malam Jumat, yang sudah rutin digunakan untuk mencari ilmu, mengaji Yaasiin dll, jadi saya memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana.

Belum tengah malam kembang api sudah huru-hara terdengar meriah. Langit cerah tanpa ada tanda-tanda datangnya hujan, begitu indah berhias cahaya warna-warni dari kembang api. Aku melihat itu semua dari jendela kamar.

Keluarga berkumpul. Malam tahun baru itu kuisi dengan bercerita nostalgia masa kecil bersama kakak perempuanku. Hingga tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Saat itu jam dinding menunjukan pukul 23.45 WIB. Semua keluarga bersiap pergi ke tempat biasa di mana kembang api dinyalakan. Mereka mengajakku, namun karena aku tak mau merobohkan gerbang prinsipku, akhirnya aku memilih untuk tidur.

Ya. Malam tahun baruku diisi dengan tidur panjang yang begitu nyenyak. Dulu, ketika aku masih lecil, aku tak mau melewatkan moment dimana orang-orang berpesta pora membakar uang berjuta-juta dengan bentuk kembang api itu. Aku sampai menangis kejer jika tidak diajak menonton kembang api di malam tahun baru.
Tapi kini aku sadar, setiap tahun selalu seperti itu. Lebih baik aku diam di rumah saja.

Di tahun 2016 ini tentunya banyak harapan yang belum terlaksana di tahun sebelumnya. Ingi  aku menyelesaikan apa yang belum tercapai itu. Terlebih aku memohon kepada Allah SWT semoga usia yang terus berkurang ini menjadi berkah dan selalu melakukan hal yang bermanfaat untuk semua.

Welcome 2016.