Laman

Life Must Go On !

Life Must Go On !
Tulis apa yang ingin kau kerjakan, kerjakan apa yang telah kau tulis !

September 26, 2014

Let it go~

Sebenarnya, ingin sekali aku menghajarmu. Tapi semua itu takan pernah mengubah apapun yang pernah terjadi di masa lalu. Sakit hati yang dulu aku alami kini telah melebur menjadi luka yang takan pernah terobati. Dendam? tidak! Ini bukanlah sebuah dendam, melainkan sebuah emosi yang dulu tidak sempat tersampaikan. Aku terlalu lemah. Ya, aku memang benar-benar lemah.

Ditemani lagu pop nan ngehits ini, lagu Afgan berjudul Entah yang kudengarkan lewat earphone ini, nampaknya membuat pikiranku flashback ke masa lalu.
Lagu ini benar-benar pop, mampu menghipnotisku dalam sekejap saja.
Terlintas kembali bayangan semu kisah cintaku dahulu.

<><><><><><><><><><> 

Hujan gerimis masih menemani sabtu pagi yang sendu. Hari ini aku harus segera bergegas pergi ke sekolah untuk mengikuti pemantapan matematika. Kelas XII adalah kelas yang super sibuk di mana aku akan melaksanakan ujian nasional nantinya. Beruntunglah aku masih bisa fokus, meskipun batin dan pikiranku sedang benar-benar pilu. Pilu karena kecurigaanku padanya kini mulai semakin kuat.
Aku meminta untuk pergi ke sekolah bersama dengannya. Dia sempat menolak, namun akhirnya dia mengiyakan permintaanku. Dia yang selama ini aku percaya, dia yang selama ini aku cinta, dia yang selama ini aku yakini takan pernah berdusta, ternyata dia menaburkan benih-benih busuk dalam menjalani hubungan yang selama ini kita jalani.

Pertemuan dingin yang berujung buncahan air mata ini sangat membuatku mengerti bahwa jangan pernah terlalu percaya lebih pada perkataan lelaki.
“Ada hubungan apa kamu dengan dia?” kubuka obrolan dengan pertanyaan yang selama ini ingin aku tanyakan.
“Siapa?” jawabnya dingin.
“Lisna. Jawab jujur!” tegasku.

Dia sempat terdiam, lalu kemudian melanjutkan lagi langkah kaki. Cuaca begitu sangat dingin, kami berjalan melewati gang-gang yang sedang penuh-penuhnya diisi oleh ibu-ibu dan anak-anak yang sedang bermain. Maklum, sabtu memang selalu begini. Di tengah keramaian jalanan gang ini, dia mulai membuka kembali ombrolan ini.
“Iya. Aku pacaran dengannya.” Katanya dingin.

Mendengar ucapannya, aku tidak bisa lagi berkata-kata. Air mata mulai menyembul di kedua sela mataku. Jantungku tiba-tiba berdetak begitu kencang. Rasanya ingin aku berteriak Dasar Brengsek!!! Namun keadaan tidak memungkinkan. Kucoba menarik nafas yang sangat-sangat dalam untuk menghentikan air mata agar tidak memaksa untuk  keluar.
“Maaf!” katanya dengan suara parau.
“Maaf untuk apa?” tanyaku sambil menahan-nahan air mata yang sebenarnya sudah tak tertahan.
Dia kini mengajakku ke tempat yang sedikit sepi, bahkan sangat sepi dan saat itu pula aku mulai menangis sejadi-jadinya. Bodoh!
“Maaf ih, maaf jangan nangis ih maaf.” Katanya sambil mengajakku untuk duduk di salah satu bangku di sekitar jalan yang sepi. “Aku terpaksa menerimanya. Dia yang nembak duluan. Aku ngga bisa nolak ih maaf.” Jelasnya. Tapi aku masih belum bisa berkata-kata. Tepatnya masih belum bisa percaya. Inikah yang namanya SELINGKUH?! Dia selingkuh?! Bodoh! Mengapa aku masih terus menangis?! Bodoh! Bodoh! Bodoh!
“Udah ih jangan nangis maaf. Apa aku putusin aja dia sekarang?” katanya. Dan dia kini mulai terlihat berlinang air mata. *Mungkin air mata buaya. Ya! Buaya darat!*
“Untuk apa?” tanyaku mencoba tegar dan mencoba menghentikan tangisanku. “Kenapa tidak kamu putuskan saja aku, dan jalani hubungan dengan dia!” kesalku mulai kusampaikan. “sumpah ya, aku enggak nyangka!”
“Maaf ih. Aku enggak mau putus sama kamu. Ini, kalo mau sekarang sms padanya bilang putus.” Dia menyodorkan handphonenya padaku.
“Tidak! Sudahlah jalani saja hubungan kalian.” Aku mulai melanjutkan langkah kaki. Dia menahanku.
“Tunggu dulu! Ini harus gimana? Maaf ih.”
“Gak tau! Aku mau pemantapan matematika ih, udah telat.” Kurasakan mataku sangat perih, kucoba bercermin di kaca-kaca rumah orang ternyata mataku bengkak. Ingin aku pulang, tapi selangkah lagi aku tiba di sekolah akhirnya aku melanjutkan. Aku mengambil tissue basah yang selalu tersedia di dalam tasku. “Tolong pegang tasku.” Kataku sambil berjalan selangkah lebih depan darinya. Aku mencoba sebisa mungkin mengompres mataku yang bengkak dengan tissue ini. Aku tak berhenti menarik nafas panjang untuk sedikit menenangkan perasaan. Rasanya aku tidak mau lagi menatap mukanya. “Sini. Makasih.” Kataku tanpa menoleh padanya. Dia pun tak berkata-kata lagi.
Akhirnya kami pun tiba di sekolah. Aku langsung masuk ke kelas tanpa berpamitan padanya. Tak lama kemudian ada pesan masuk darinya, pulang bareng ya, begitu katanya. Aku mengacuhkan. Rasanya hatiku masih sakit bahkan sangat-sangat sakit. Dosa apa yang pernah kulakukan?! Teganya dia menjalin hubungan lain dibelakangku!
-------------------
Aku terbayang masa-masa itu karena lagu pop ini yang tanpa permisi mengajakku.
Jika dulu aku tak mencurigaimu, mungkin saat ini kita masih menjalani hubungan yang tak pernah berujung bahagia. Aku yakin, kisah cinta kita takan bahagia.

"Mbak, jadi kita mau ke mana?"

Ya Tuhan! Gara-gara mendengarkan musik dan larut di dalamnya aku lupa segalanya. Abang ojek sudah melewati jalan menuju rumahku.
"Eh Bang, maaf. Putar arah ya, rumah saya terlewat. Hehe"

Dengan semangat Abang ojek pun memutar balik arah, "tenang Mbak, ojek POP mah selalu siap sedia!"

*POP, Pangkalan Ojek Pharmindo memang selalu menyebut mereka paling pop.*

Akhirnya aku sampai di rumah dengan membayar ongkos dua kali lipat dari biasanya.
Oh ya, tukang selingkuh itu adalah pengecut dan pecundang.

Dan kamu mungkin bisa dibilang POP juga, Perkumpulan Orang Pengecut.
But, Let it Go!

No comments: