Laman

Life Must Go On !

Life Must Go On !
Tulis apa yang ingin kau kerjakan, kerjakan apa yang telah kau tulis !

May 17, 2014

Jumatulis #9 Stoples Jembatan Ransel Foto Kayu - Taman Jomblo

Aku merenung di bawah jembatan Pasopati. Riuh suara klakson mobil dan motor membuyarkan lamunanku. Aku coba tengok, tak ada yang aneh. Lalu aku pergi meninggalkan tempat itu, menuju tempat lain yang tidak jauh yakni Taman Jomblo. Di sana, kudapati seorang lelaki yang sedang asyik berfoto bersama seorang wanita. Foto-foto selfie gitu deh!

Ini loh, Taman Jomblo. Kok ada pasangan yang begitu mesranya narsis-narsisan di sini?! Gak takut karma apa?! Ucapku dalam hati.

Entah mengapa, tiba-tiba aku mendo’akan agar mereka putus. Wong iki Taman Jomblo toh? Jadi, mereka harus Jomblo dulu, jika ingin menginjakan kaki di sini. Sudahlah!
Taman Jomblo, Taman yang sedikit ramai karena berlokasi di bawah jembatan, dan memang terletak di tempat yang dilintasi kendaraan, ini menjadi mudah didatangi oleh siapapun yang lewat ke sini. 

Kulihat ada seorang Kakek dengan tongkat kayunya sedang jalan-jalan di Taman ini. Sedang apa?! Aku lalu bertanya pada Kakek itu, “Kek, bukannya ada Taman Lansia ya? Kok Kakek ke sini?” dengan wajah sedikit tak suka, Kakek itu menjawab. “Ada masalah? Yang penting Kakek Jomblo, tidak ada yang salah kan?!” lalu Kakek itu berlalu.

“Duuuh, si Kakek. Jomblo aja sombong banget sih!” dalam hati aku menggerutu. Lalu, aku duduk kembali. Masih di Taman Jomblo ini. Tiba-tiba ada pemuda, dia membawa ransel yang cukup besar berwarna hitam menghampiriku. “Sendirian aja! Jomblo ya?” katanya sok asik.
“Kok tau?” kataku, cuek. Ini aku nanya beneran loh ya. Eh! Malah dijawab dengan gombalan. “Karena, aku akan menjemputmu ke pelaminan.” Mendengar ucapannya, aku langsung melirik ke arah pemuda itu dengan tajam, setajam silet. “Tenang Mbak, tenang!” katanya. Lalu dia mengeluarkan sesuatu dari ranselnya. Kulihat dia mengeluarkan sebuah stoples yang berisi banyak kertas gulung. “Apa itu?” tanyaku. Dengan lugas dia menjawab, “Ini kertas kebenaran, Mbak. Mbak pilih satu, maka sebuah kebenaran akan anda dapatkan.”

“Boleh aku……” belum selesai bicara, dia main serobot saja. “Boleh, boleh, silahkan!”
Hmmm, dengan rasa biasa saja aku mengambil satu. Kubuka, dan ternyata kertas itu bertuliskan 

“Pulanglah! Taman ini tak pantas untukmu!” kaget. Aku tak percaya dengan kertas ini. “Ini manipulasi ya Mas? Aku minta satu lagi!” Mas itu hanya tersenyum dan menyodorkan kembali stoplesnya. Lalu kubuka lagi, dan ternyata. “Pulanglah! Jangan sampai Taman ini menjomblokanmu.” 

Kertas macam apa ini?! Batinku kembali menggerutu.
“Bukannya Mbak ini mau bertunangan? Mengapa masih di sini? Ini Taman Jomblo loh, gak takut emang?” katanya sambil tersenyum tipis.

“Takut apa? Siapa yang mau bertunangan?!” aku melirik kepada pemuda itu. Lalu pemuda itu tersenyum dan wajahnya menunjukan pada sosok yang ada di seberang jalan Taman. Gagah. Dia benar-benar gagah.

“Syam! Mengapa dia ada di sini?!” aku segera pergi meninggalkan Taman itu.

Aku lupa bahwa hari ini aku akan bertunangan.

No comments: