Laman

Life Must Go On !

Life Must Go On !
Tulis apa yang ingin kau kerjakan, kerjakan apa yang telah kau tulis !

February 02, 2016

Saitama, Aku Tetap Mencintaimu ❤

Siapa yang akan menyangka, jika selama ini, aku menyimpan rasa kepada si Botak Saitama. Walau orang-orang bilang dia orang aneh, tapi bagiku dia tetap pahlawan nomer satu. Di hatiku.

Banyak orang bilang, "Ah, Saitama mana mungkin ada yang suka!" Dengan nada merendahkan seperti itu, mereka berkata seenaknya. Siapa bilang? Saya menyukainya, saya mengaguminya! Sebelum Saitama botak, dia keren kok, dia ganteng kok, dan sampai sekarang pun akan terus begitu. Tak ada yang berubah! Mungkin hanya bagian kepala saja sih yang berubah.

Pagi itu, saat matahari mulai menampakan diri, aku sedang asik jogging-jogging santai di lapangan komplek, terlintas pikiranku tentang bayang wajah rupawan Saitama. Aku senyum-senyum sendiri. Ah, dasar si Botak, berani-beraninya dia mengganggu joggingku ini.

Aku berlari-lari kecil seputaran lapangan. Dari kejauhan kulihat ada sesuatu yang mengkilat, silau, memakai baju warna kuning dengan jubah putih di punggungnya. Saitama! Sedang apa dia?! Dia berjalan seolah jalanan itu milik nenek moyangnya. Sempoyongan, tak karuan.

"Woy, Sai?!" Kataku memanggil Saitama dari kejauhan. Tapi Saitama tak menoleh juga. Akhirnya aku lebih memilih menghampirinya, dibandingkan harus teriak-teriak tapi tak didengarnya.

"Saitama!" Aku menepuk pundaknya. Dan alangkah kagetnya aku, melihat darah yang bercucuran dari hidungnya.
"Ya Tuhan! Kamu kenapa, Sai? Duduk dulu!" Aku langsung menariknya untuk duduk di kursi pinggir jalan dekat lapangan.
Kulihat mata Saitama berkaca. Wajahnya lesu, pasrah, nan putus asa. Aku khawatir, apa yang telah terjadi? Aku mulai membersihkan darah di hidungnya, dengan handuk kecil yang kubawa.

"Maafkan aku, Ra!" Katanya kepadaku. Dia menunduk dan ternyata ada tetesan-tetesan air keluar dari matanya. Ya, itu air mata namanya.
"Laaah kok nangis? Minta maaf kenapa?" Aku bingung dan ingin tertawa juga. Baru kali ini aku melihat lelaki menangis, dengan ingus berwarna merah keluar dari hidungnya. Itu namanya menangis di saat yang tidak tepat.
"Aku belum bisa menjadi pahlawan!" Saitama sedikit berteriak. Aku bingung, kaget dan melongo. "Aku tidak bisa menjadi Saitama yang selalu kamu dambakan!" Lanjutnya sambil menatap mataku yang berbinar heran.

<><><><><><><><><><>

Saat itu senja mulai menjelma. Sebagian langit kini dipenuhi warna oranye semu merah. Mataku masih belum terlepas dari anime yang sedang aku tonton. Bagiku, anime adalah sinetron berepisode pendek yang lebih menyenangkan dan mengasikan, dibanding sinetron-sinetron yang ahh sudahlah tak usah dibahas, kalian pasti tahu maksudku.

Di samping itu, ada seseorang yang sejak tadi siang terus cemberut. Wajahnya seperti jeruk purut, keriput. Bibirnya sesekali manyun, monyong-monyong tak imut. Terkadang seseorang itu menghempaskan kakinya ke lantai, pertanda mulai kesal.
"Gak bosen apa nonton anime terus?!" Katanya, sambil memalingkan wajah.
"Suuuutttt, diamlah, ini sedang seru-serunya!" Kataku dengan mata masih terpaku pada monitor laptop.
"Masa anime begitu, seru?! Botak pula!" Katanya lagi dengan nada bicara semakin kesal.
"Walau botak, tetap saja aku suka. Saitama namanya, dia pahlawan keles! Meski botak, liat saja, wajahnya rupawan!" Penjelasanku berakhir dan langsung mematikan laptop. Kulihat wajahnya, wajah Riko, yang daritadi mengoceh tentang anime yang kutonton, terlihat kacau. Nampaknya dia marah padaku. Aku terlalu asik dengan Saitama dibanding Riko.

"Ayo, berangkat!" Ajak Riko, menggandeng tanganku.
"Kemana?" Tanyaku. Tapi dia menghiraukanku. Aku mengikuti saja. Kubiarkan kemana dia melangkah, sebagai tanda rasa bersalahku karena tadi mengacuhkannya.

Satu jam lamanya, kami berputar-putar entah mau kemana. Aku bingung dibuatnya. Sebenarnya mau apa sih dia?! Batinku menggerutu.
"Oy Riko! Mau kemana sih kita? Udah sejam nih, ah!" Kataku.
"Tadi, kamu nonton anime berapa jam?" Jawabnya. Seolah-olah aku adalah orang yang paling bersalah.
"Oh! Balas dendam?" Aku mendekatkan suaraku pada telinganya yang tertutup helm SNI.
"Oh tidak. Aku hanya sedang mencari distro baju-baju anime." Jawabnya dengan nada datar. WHAT?!
"Jadi dari tadi muter-muter cuma nyari itu?! Hellaaaw, kenapa gak bilang sih, ah! Aku tau tempatnya! Lama kan jadinya!" Sepanjang perjalanan aku terus menggerutu. Kesal, marah, capek, pegal, pokoknya si Riko menyebalkan!
"Yasudah, ayo tunjukan arahnya!" Hanya menjawab seperti itu.

Akhirnya kami menuju distro baju-baju anime, entah apa yang akan Riko lalukan di sana. Rasanya mustahil jika dia akan membeli salah satu baju atau sekedar menyewa untuk acara cosplay. Bahkan arti cosplay saja tidak mungkin tidak tahu. Dia anti anime. Anehkan? Lelaki, tak suka anime!

Sesampai di distro, Riko langsung menghampiri pemilik toko. Aku asik sendiri melihat-lihat gantungan, miniatur, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan anime. Ada boneka Midorima Shintaro pun di sana. Ada pula miniatur perahu One Peace dengan Luffy berdiri di atasnya. Oaah, rasanya ingin kumiliki semua. Tak lama kemudian, Riko menghampiriku dan mengajak pulang.
"Lah? Sudah? Tadi habis apa?" Tanyaku yang masih betah melihat-lihat di sini.
"Tidak habis apa-apa. Ayo kita pulang, sudah malam!" Katanya.
Dan akhirnya aku harus pergi meninggalkan dunia anime yang kucintai. Sesampai rumah, aku langsung rebahan dan sambil melanjutkan menonton One Punch Man, Saitama, yang tadi sempat terlupakan.

Aku teringat akan satu hal, sebelum Riko pergi setelah mengantarku pulang, dia berkata "Dira, besok kau pasti tak mau menjauh dariku. Besok kau akan terus memujiku. Kau pasti akan semakin mencintaiku." Sambil berlalu, Riko menghilang dari pandanganku, begitu pula dengan suara motornya, menghilang juga.

Hari ini hari minggu. Seperti biasa, aku selalu olahraga di lapangan komplek dekat rumah. Biasanya aku ditemani Riko. Sambil menunggu Riko datang, aku membuka akun Facebook dulu. Aku klik tab Beranda, dan popular post saat itu adalah salah satu teman komplekku memposting foto yang mirip Saitama, nampak dari belakang. Backgroundnya masih tampak gelap, belum ada cahaya matahari. Kubaca komenannya itu, ada yang bilang: Oy, ada Saitama di komplekku. Wah nekat bener tuh orang ngecoser Saitama. Owwwh aku takut ditonjok. Wah pasti tidak akan ada cewek yang suka padanya. Dan lain-lain komentar yang membuatku ingin tertawa. Ya Tuhan, ada-ada saja itu orang.

Tepat pukul 05.30 WIB ada seseorang yang mengetuk di balik pintu. Dapat kutebak, pasti Riko. Kubukalah pintu itu, betapa kagetnya aku, kukira aku sedang bermimpi, namun ternyata ini kenyataan.
"Tuyuuul!" Aku berteriak ketakutan. Suasana masih gelap dan dingin karena masih subuh.
"Dira, Oy! Kok tuyul sih, Saitama, Ra. Ini Saitama!" Kata lelaki berkepala botak itu.
"Ya ampun ih, tuyul! Apa-apaan sih ini?!" Dengan segala rasa tidak percaya, aku mengajak tuyul itu masuk.
"Aku hanya ingin menjadi seseorang yang kamu kagumi, kamu cintai, itu saja. Jangan panggil aku Riko, apalagi tuyul! Panggil aku, SA-I-TA-MA!" Ya ampun, ini memang benar-benar nekad namanya. Dan aku tersadar, mungkin foto yang diposting temanku tadi, itu adalah Riko. Ya Tuhan, anak ini!

"Gila ya! Beda ih, kamu beda sama Saitama. Dia pahlawan, dan kamu bukan. Hahaha." Aku geli melihatnya. Rasanya ada seseorang yang terus menggelitikku, sampai aku tak henti-hentinya tertawa.
"Baiklah, aku akan jadi pahlawan untukmu. Selamat tinggal!" Kata Riko, dan langsung berlalu dari pandanganku. Dia entah mau pergi kemana, ditengah suasana masih gelap ini. Dengan baju ketat kuning dan jubah putihnya, dia membatalkan acara olahraganya. Ya ampun, jadi kemarin dia beli kostum itu. Aku menepok jidat. Akhirnya aku pergi olahraga sendirian.

<><><><><><><><><><>

Aku masih bingung harus bagaimana. Sedih, bahagia, tertawa atau harus bagaimana? Rasanya semua terjadi begitu cepat. Saitama yang kudambakan memang ada tepat di depan mataku. Namun, Saitama yang ini nampaknya tak sekuat Saitama di anime One Punch Man.
"Aku searching tentang Saitama tadi malam. Aku langsung ke barber shop botakin ini, kepala. Aku ingin kamu gak nonton Saitama di anime terus, jadi kamu bisa pergi sama aku, Saitama beneran!" Alasan yang membuatku terharu. Tetap saja itu semua adalah konyol. Aku hanya mengangguk-angguk, karena sepertinya Saitama akan bercerita panjang lebar.

"Tadi pagi di rumahmu, kamu bilang Saitama itu pahlawan. Jadi aku juga mau kayak pahlawan. Tadi ada kucing kejebak di pohon. Aku mau tolongin, ehh jubah ini malah nyangkut di ranting, aku ketarik kan akhirnya. Jadinya malah jatuh, kan ini mimisan!" Katanya sambil mengelap darah mimisan yang bercampur air mata. Sialnya aku tak bisa bersedih saat ini. Aku tak mampu menahan tawa yang sejak tadi subub kutahan. Akhirnya kulepaskan semuanya di depan Saitama.

"Hahahahahahahaha." Saitama mengerutkan dahinya. "Aku kan enggak nyuruh kamu jadi Saitama! Hahaa! Lucu banget sih, hahaha." Aku masih larut dalam tawa. Perutku sakit, pipiku pegal.
"Malah ketawa!" Kata Saitama yang sejurus kemudian menunduk.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Aku terima kasih karena kamu udah berkorban banyak. Berkorban rambut pun itu. Hahaha." Aku masih belum puas tertawa.
"Ayo, tertawa aja terus, puas-puasin!" Saitama kini marah.
"Haha. Maafkan aku Saitama ganteng. Makasih banget loh udah bikin aku bahagia hari ini. Maaf kalau aku sering nonton anime dan malah diemin kamu. Hehe. Nanti, gak akan gitu lagi deh." Kataku menghibur Saitama yang sedang berduka. Syukur-syukur kalau dia terhibur.

"Aku botak sekarang." Katanya.
"Siapa bilang kamu berambut? Hahahha." Aku masih tak sanggup mengakhiri rasa bahagia ini. Tapi saitama tak berkutik, dia diam, menunduk, lesu. "Hmm, begini, kamu mau botak, mau enggak, mau pake kostum kayak cosplayer mau kayak biasa, aku tetap sayang dan cinta kok sama kamu. Makasih ya, Saitama!" Kataku. Semoga apa yang aku katakan tak membuatnya sedih lagi. Kini kulihat senyum tersimpul dibibirnya. Bagaimanapun dirimu, kau tetap kekasihku.

"Aku menyayangimu, Ra." Katanya, dengan menggibaskan kepala botaknya.
"Hahaha. Iya, Saitamaku." Jawabku.
"Udah dong, jangan panggil aku Saitama lagi!" Katanya sambil senyum mesem-mesem, malu.
"Lah tadi minta dipanggil SA-I-TA-MA. Hahaha. Aku akan berhenti memanggil Saitama, jika rambutmu telah tumbuh kembali. Haha." Kataku sambil tertawa lagi.
"Baiklah, aku akan membeli obat penyubur rambut. Haha." Kata Saitama, Riko, kekasihku tercinta.

Oh Riko, sebesar itukah perjuanganmu demi merebut perhatianku? Maafkan aku yang selalu asik dengan dunia anime dan melupakan duniamu, dunia kita. Tapi aku senang, tak harus pergi ke event cosplay untuk menemukan Saitama, yang memang jarang bahkan mungkin belum ada yang mau jadi cosernya. Cukup kamu saja menjadi Saitama dalam hidupku.

No comments: