Laman

Life Must Go On !

Life Must Go On !
Tulis apa yang ingin kau kerjakan, kerjakan apa yang telah kau tulis !

March 28, 2014

Jumatulis #2 Air Ketuban - Bu, Judulnya Apa??



Bandung, 16 September 1995

Aku duduk di bawah sinar surya di pagi yang segar ini
Kulihat pohon rindang yang daun-daunnya ingin menyentuh tubuhku ini
Tubuh yang merasakan tendangan-tendangan nikmat
Dari benih yang telah kami tanam
Jabang bayi ini adalah dirimu, anakku

Selama sembilan bulan ini kita berada dalam satu hembusan nafas
Disini Ibu sedih, di dalam sana kau ikut resah
Disini Ibumu bahagia, di dalam sana kau mendapat ketenangan
Sampai suatu saat dimana ragamu
Siap hadir di dunia
Siap membuka mata
Untuk melihat keindahan alam semesta

Selama sembilan bulan kau berlindung dibalik rahim yang kokoh
Dimana rahim Ibumu ini menjadi satu-satunya tempat teraman bagimu
Ditemani air ketuban yang menjadi sumber nutrien
Sebelum mendapat nutrisi yang nyata dari Ibumu ini

Disini, adanya air ketuban ini, kau bebas bergerak anakku
Setiap tengah malam, Ibu merasakan tendanganmu
Bahkan saat ini Ibu sedang merasakannya
Tapi Ibu tidak marah nak, Ibu bahagia karena kau sehat di dalam sana
Sampai suatu saat nanti, mungkin sebentar lagi
Ibu akan menjadi wanita seutuhnya
Ibu siap mempertaruhkan nyawa demi dirimu, anakku….
……………….

“Ibuuuu, lagi apa????!!!!” Teriakan Ayah yang berdiri di pintu kamar.
Lagi nulis puisi, yah.” Jawab Ibu dengan tenangnya
Bu! Basaaah! Air ketubanmu pecah!!!” Ayah segera menghampiri Ibu yang sedang duduk asyik menulis puisi di kursi malasnya.
“Allahu Akbar! Ayaaahhh!!! Ayo ke rumah sakit. Ibu mau melahirkan!!!” Teriak Ibu yang baru terbangun dari alam bawah sadar.
Baru sadar Bu? Ayo!”
|||||
Dengan segala kepanikan, Ayah menggendong Ibu yang sudah basah kuyup karena air ketuban, lalu membawa Ibu ke rumah sakit”
Hihi, kisah Ibu lucu sekali.”
“Kamu menertawakan Ibu? Itu kisah tentang kelahiran kamu looh.”
“Ya habisnya, disaat-saat seperti itu masih sempatnya Ibu membuat puisi.”
Saat itu kamu lahir lima hari sebelum waktu yang diperkirakan. Mungkin puisi itu telah merangsangmu untuk keluar lebih awal. Istilahnya kamu mendapat kode dari puisi itu bahwa Ibu sudah siap kedatangan malaikat mungil sepertimu.”
Ah Ibu ini. Bisa saja. Hehehehe. Tapi puisinya bagus banget bu. Rara jadi makin saaaayaaaang sama Ibu.”

Aku memeluk Ibu sangat erat. Ibu yang telah bersusah payah, bertaruh nyawa, berkorban segalanya demi anak yang dicintainya. Aku akan selalu membahagiakanmu Bu. Selalu.
Oh iya Bu, judul puisinya apa?”
Ibu memandang ke arahku, sorotan matanya begitu tajam menatapku sambil berkata “KETUBAN PECAH”
“??!!!%$*#&*%&#*##!!”

1 comment:

Ipeh Alena said...

Ndeh, coba deh belajar bikin kepanikan tapi gak kayak sinetron. Maksud aku kayak itu pas ayah tau ketuban ibunya pecah, kok ibunya langsung kepikiran. Coba deh bayangin realnya, kalo panik kayak gimana.

Biar ndeh makin cetar tulisannya..

SEMANGAT YA NDEH